Berita
27 Feb 2024 12:03:55
Admin
Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan pesta rakyat sebagai perwujudan dari demokrasi dan bentuk partisipasi politik yang dilakukan oleh seluruh warga Indonesia dari seluruh kalangan, baik kalangan bawah, menengah, hingga kalangan atas. Momen ini terjadi setiap lima tahun sekali dan mungkin bisa menjadi saat yang tepat bagi pendidik untuk mengenalkan peserta didik berkebutuhan khusus untuk mengenal nilai-nilai demokrasi yang baik.
Kebebasan dalam Mengemukakan Pendapat yang Bertanggung Jawab
Salah satu nilai dari demokrasi adalah kebebasan dalam memilih dan mengungkapkan pendapat. Nilai ini bisa dikenalkan pada anak sejak dini, tidak terkecuali peserta didik berkebutuhan khusus dengan memberikan mereka kesempatan untuk berbicara mengungkapkan perasaan serta ide pemikiran mereka secara terbuka. Untuk bisa menanamkan nilai ini, pendidik di lingkungan SLB Negeri 1 Kota Blitar terlebih dulu harus menciptakan lingkungan yang aman dan tidak mengancam bagi peserta didik ketika mereka akhirnya berani untuk mengekspresikan pemikiran dan pendapatnya. Oleh karena itu, pendidik di SLB Negeri 1 Kota Blitar memilih tema P5 “Suara Demokrasi” karena tema ini berkaitan dengan demokrasi. Topik pada kegiatan P5 ini adalah “Ayo Gunakan Hak Pilihmu” . Rangkaian kegiatannya yaitu mulai dari mengenalkan demokrasi kepada peserta didik hingga melakukan simulasi Pemilu dengan memilih beberapa calon Pemimpin Upacara yang dedesain sedemikian rupa seperti pelaksanaan Pemilu pada umummnya.
Melalui simulasi Pemilu ini, peserta didik berkebutuhan khusus akan belajar tentang bagaimana cara menyalurkan hak untuk memilih seseorang sebagai pemimpin. Selain itu, kegiatan ini dilakukan untuk memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik tentang tata laksana melakukan pemilihan umum agar mereka mendapatkan pengetahuan baru tentang seluk beluk pemilu.
Dengan memberikan kebebasan dan kesempatan anak-anak untuk menyalurkan pendapatnya artinya guru telah memanusiakan para peserta didik. Peserta didik harus berhenti dipandang sebagai objek yang bisa secara otoriter diatur sesuai dengan kehendak. Hal ini seirama dengan prinsip perkembangan yang diungkapkan dalam teori konstruktivisme milik Lev Vygotsky bahwa salah satu prinsip utama dalam perkembangan anak adalah the social cultural nature of learning. Disini dapat dipahamkan bahwa ketika anak banyak diberi stimulus dan diberi kesempatan untuk belajar mengungkapkan pendapatnya dengan bebas, anak tersebut akan mengalami perkembangan yang baik.
Selanjutnya setelah kebebasan dalam berpendapat itu sudah diberikan dan dibiasakan yang juga tidak kalah penting adalah penanaman nilai tanggung jawab. Peserta didik harus dikenalkan pada sikap bertanggung jawab sehingga kebebasan yang mereka lakukan tidak sekedar kebebasan yang tidak berdasar namun sebuah kebebasan yang lahir dari proses kognitif yang matang. Contohnya adalah ketika memilih calon pemimpin upacara, peserta didik diajak untuk bertanggung jawab terhadap pilihan yang mereka buat. Mereka tidak hanya sekedar mencoblos, tetapi juga berusaha untuk memilih siapa calon yang menurut mereka paling berkompeten dan memiliki visi misi yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kegiatan Upacara. karena disini peserta didik yang terpilih sebagai para calon pemimpin upacara juga difasilitasi untuk menyampaikan visi misi mereka melalui pemasangan banner.
Menghargai Perbedaan dan Keberagaman
Saat ada nilai kebebasan, nilai lain yang tidak mungkin terlewatkan adalah adanya nilai perbedaan. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang paling ideal bagi peserta didik untuk belajar mengenal nilai perbedaan dalam sebuah keberagaman. Karena ketika guru memberikan kebebasan bagi peserta didik untuk menyampaikan ide dan pendapat mereka, di saat itu pula peserta didik juga menyadari bahwa pendapatnya tidak selalu sama dengan teman-teman yang lain. Pengalaman mengenai perbedaan ini penting agar kelak peserta didik tidak tumbuh menjadi pribadi yang gagap terhadap perbedaan itu sendiri. Hal ini karena dengan menghargai perbedaan, peserta didik berkebutuhan khusus akan belajar bahwa bukan berarti orang yang berbeda dari kita adalah salah dan pendapat kitalah yang paling benar.
Perbedaan dan keberagaman ini juga berhubungan dengan bagaimana empati dalam bekerja. Ketika terjadi perbedaan pendapat, anak-anak yang bisa menghargai pendapat orang lain akan mampu menerima perbedaan itu sebagai suatu hal yang harus diterima dan disyukuri. Dari perbedaan dan keberagaman itu justru akan menghasilkan sesuatu yang sangat berharga jika guru bisa mengakomodasi dinamika perbedaan itu dengan baik.
[Yulia Nur Abidah]
Kegiatan simulasi pemilu melalui pemilihan calon pemimpin upacara ini menekankan pada pentingnya menjadikan anak sebagai subjek sehingga mereka harus dihargai siapapun yang telah mereka pilih. Hal ini secara tidak langsung sudah menjangkau nilai-nilai demokrasi yang ingin dicapai. Salah satu perwujudannya dalam pembelajaran di kelas adalah dengan diberikannya kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi secara langsung untuk memilih siapa yang mereka anggap berkompeten dalam memimpin kegiatan upacara setiap hari Senin.
Managed By ABK Istimewa
@2022 - 2025